Harmoni?






            Bulan ini adalah bulan favoritku, Desember. Dimana bulan ini penuh dengan kebahagiaan dan keceriaan. Suasananya yang mendukung selalu membangunkan mood-ku dan semangatku. Dingin tetapi hangat.
Ya, di tempat tinggalku ini mengalami 4 musim. Aku tinggal di California. Tetapi sebenarnya aku orang Indonesia. Hanya saja aku mengikuti orang tuaku yang kerjanya selalu berpindah -  pindah. Saat ini hujan salju turun sedikit lebat. Sehingga semua sekolahan di California diliburkan.
“Harmoni sayang, ini waktu yang tepat untuk menyegarkan pikiranmu sebelum kamu mengikuti festival musik sayang,” kata mama. Aku hanya menjawab dengan anggukan saja sambil menyelesaikan tugas sekolahku. “Papa ayo kita pergi bermain ice skate di belakang rumah nenek!,” ajak adikku yang bernama Dremmy. Yang masih menduduki kelas 3 SD. Akhirnya papaku memutuskan untuk pergi ke rumah nenek untuk menghabiskan waktu liburan bersama.
Saat di jalan aku mendengarkan musik klasik kesukaanku yang diciptakan oleh seorang maestro, Ludwig Van Beethoven. Permainan musik klasiknya selalu membuatku tenang. Dan saat itu aku mengingat kejadian bagaimana aku bisa terjun ke dunia musik. Papaku dulu seorang vocalist band rock yan terkenal di California, sedangkan mamaku adalah pianist dari band klasik di Indonesia. Dan bakat mereka menurun kepadaku dan adikku. Aku adalah pemain musik cello dan aku sangat menyukai lagu – lagu klasik. Berbeda dengan adikku yang bakatnya di alat musik drum. Kami bisa dikatakan keluarga pecinta musik. Sampai – sampai kami diberi nama yang artinya mengandung musik. Harmoni dan Dremmy. Kami memulai permainan musik kami sejak kami masih berumur 4 tahun. Aku ingat bagaimana perjuangan papa membelikan cello berukuran kecil untuk aku. Saat itu papa keluar dari bandnya dan menjual drum demi cello untuk seorang harmoni kecil. Dan sekarang papa bekerja sebagai guru musik sedangkan mama sekarang seorang ibu rumah tangga. Sebentar lagi aku akan mengikuti festival musik se-California dan aku akan memainkan cello.
Saat mengingat kejadian itu tiba tiba “ciiiiiitttttt” “braakkk!” dan saat itu semuanya menjadi gelap. Tiba – tiba aku terbangun dan aku melihat bahwa mobil yang kami naiki bertabrakan dengan mobil lain. Dan aku mlihat diriku sendiri yang sedang tergeletak di tengah jalan dengan darah dimana mana. Tim medis dan polisi di California pun berdatangan. Aku bertanya kepada salah satu petugas “sir, what happen in here? Where’s my mom and dad?” tetapi petugas hanya diam dan tidak melihat ku. Aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah aku tidak nyata?
Saat di rumah sakit aku melihat nenek dan kakekku datang. Tapi mereka tidak bisa melihatku karena aku tidak nyata. Harmoni yang nyata sedang terbaring di kasur rumah sakit dengan  penuh peralatan rumah sakit yang menempel pada tubuhku.
Aku mencari kamar kedua orang tuaku dan adikku tapi aku tidak menemukannya. Dan aku melihat nenek dan kakekku sedang menangis. Dengan sedihnya aku mendengar bahwa kedua orang tuaku telah tiada. Aku nangis saat itu juga. Aku tiba tiba teringat masa kecilku yang bahagia. Aku menangis sambil berlari hingga aku menemukan kamar Dremmy. Aku lega karena saat ini hanya tersisa aku dan adikku saja. Lalu aku masuk ke kamar Dremmy dan berbisik di telinganya “bertahanlah Dremmy, kini tinggal aku dan kamu saja. Kamulah yang satu satunya aku miliki,” air mataku pun terjatuh.
Kini aku keluar dari kamar Dremmy. Aku berjalan dengan putus asa. Aku berpikir bagaimana jika aku hidup dan bagaimana jika aku meninggalkan semua kehidupan ini. aku berjalan ke kamar dan duduk di samping Harmoni yang nyata. Aku melihat seorang perawat membisikan sesuatu kepada Harmoni yang terbaring lemah. “Harmoni? be strong my girl, your friends and your family are waiting you,” tiba – tiba seorang dokter memanggil perawat itu sambil menyebutkan nomor kamar Dremmy. Perawat dan dokter pun langsung berlarian. Aku bingung apa yang terjadi sehingga aku ikut berlari. Dan aku melihat nenek, kakek, serta saudaraku menangis. Dremmy mengalami pendarahan di otak dan kini Dremmy telah tiada.
Aku makin sedih. Jika aku hidup, aku akan menjadi seorang yatim piatu yang tidak memiliki keluarga satupun. Tapi aku tidak akan putus asa disini. Walaupun aku seorang yatim piatu aku akan berusaha membahagiakan keluargaku yang sudah tenang disana. Aku akhirnya memutuskan untuk tetap hidup.
Tiba – tiba disekelilingku berubah menjadi putih dan kini aku telah kembali ke tubuhku yang tergeletak lemah tak berdaya. Dan harmoni yang lemah akhirnya telah sadar dari koma yang cukup lama. Dan saudaraku sangat bersyukur akhirnya aku lah yang masih bertahan.

Komentar