Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata
Assalamu'alaikum^^
Kali ini Aku mau menyelesaikan Tugas B.Indonesia dari Ustadz Edy yaitu re-write salah satu cerpen. Well, aku udah nemuin cerpennya dan inilaaahhh......
SELAMAT MEMBACA :))
Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata
Hari ini tak jauh beda dari hari-hari yang lalu. Aku hanya duduk sendiri di kursi taman sekolah, sesekali aku membersihkan kacamataku yang menjadi sahabatku untuk melihat dunia ini. Lagi asyik melamun, tiba-tiba Ola dan kedua temannya Lia dan Sarah menghampiriku.
"Ehh Cemara lo mau ngga ikut kita kerja kelompok jam 4 sore nanti ditempat Ola?" Kata Sarah
"Maaf nama saya Kasih bukan Cemara." Jawabku dengan sopan.
"Hahaha lo tuh pantes dipanggil Cemara dari pada Kasih. Cewek Mata Rabun." Kata Lia mengejek.
Aku berusaha tetap tenang mendengar ocehan mereka karena aku sendiri tidak tahu apa mau mereka. Mereka tetap terus tertawa.
"Sudahlahh jangan tertawa terus kalo gini gak bakalan selesai. Okey jadi maksudku adalah aku ingin kamu, Kasih, ikut kedalam group kita. Gue tunggu dirumah jam 4 sore okeey? Bye." Kata Ola sambil melangkah pergi bersama kedua temannya.
Senang rasanya diajak gabung bersama mereka. Kenapa harus menolak? Lagian Ola adalah cewek terpintar dan tercantik disekolah ini. Makannya jelas saja banyak yang ingin satu group dengannya. Beda denganku yang yang memiliki kepintaran rata-rata dan memiliki muka yang penuh dengan jerawat. Ini bisa menjadi kesempatan emas buatku untuk bertukar ilmu degannya, siapa tahu saja aku akan tertular kepintarannya.
Tepat jam 04.00 sore aku pergi ke rumah Ola memakai baju muslim yang dibelikan ibu dan jilbab kesukaanku. Ternyata mereka sudah menunggu, dari jauh mereka tertawa melihatku. Entah apa yang lucu dari diriku, tapi aku berusaha positive thinking agar tidak terpancing emosi.
"Naah karena sudah kumpul semua, kita shopping dulu baru belajar. Kamu ikut kan Kasih?" Tanya Ola.
"Aku ikut tapi tidak bisa sampai sore. Ibu menungguku." Jawab Kasih.
"Tenang aja itu beres. Ehh bentar kayanya penampilanmu haru diubah deh. Nanti orang kira kita lagi jalan sama Ustadzah"
Ternyata mereka menertawaiku karena aku berpenampilan seperti ustadzah. Kemudian mereka menyuruhku untuk melepaskan jilbab dan mengganti gaya pakaianku. Aku malu pada mereka tapi aku berhasil menutupi malu itu karena kurasa aku juga ingin bergabung bersama mereka daripada terus-terusan menjadi bahan ocehannya.
Kami berangkat ke mall setelah merubah penampilanku. Saat tengah asyik berbelanja tiba-tiba aku bertemu dengan ibuku. Ibuku terkejut karena aku tak mengenakan jilbabku.
“Kasih, apa yang kamu lakukan Nak? Ke mana jilbab kamu?” tanya ibu. Aku hanya diam membisu seperti patung.
“Kamu selesaikan urusan kamu dengan teman-teman kamu, Ibu tunggu kamu di rumah."
Rasanya bercampur aduk, menyesal, takut, sedih seperti nano-nano, bercampur menjadi satu. Akupun terpaksa pulang terlebih dahulu karena aku takut Ibu akan tambah marah kepadaku. Setibanya dirumah, Ibu sudah menungguku di ruang tamu. Akupun melangkah masuk.
“Kasih, kenapa kamu membuka jilbab kamu Nak? Dan apa alasan kamu melakukan itu? Coba kamu cerita sama Ibu?”
“Kasih malu sama teman-teman Bu, mereka mengejek Kasih terus. Makannya kasih buka jilbab. Lagi pula kalau Kasih mau gabung sama group mereka Kasih harus ubah gaya. Dan tujuan Kasih juga baik kok Bu, Kasih hanya mau pintar dan cantik seperti Ola agar banyak yang mau berteman dengan Kasih dan bisa buat Ibu bangga karena Kasih bisa pintar kayak Ola.” Kataku mencoba meyakinkan ibu. Tetapi Ibu malahan meneteskan air mata. Aku merasa bersalah karena telah membuatnya menangis.
"Ibu jangan menangis.." sambil ngusap air mata ibu.
“Nak, Ibu tidak bangga jika anak Ibu pintar tapi akhirnya dia tidak berakhlak yang baik, Ibu tidak bangga jika anak Ibu cantik tapi tidak menutup auratnya. Dengarkan Ibu Kasih, Ibu sudah bangga dengan kamu walau kamu selalu kalah dalam pertandingan, walaupun kamu tidak memiliki wajah yang cantik, karena apa? Karena kamu mau menutup aurat kamu Nak. Ibu merasa telah berhasil mendidik puteri Ibu menjadi anak yang salehah. Tapi, apa yang kamu lakukan ini nak? Ini membuat luka hati Ibu.” Aku tak mengetahui bahwa perbuatanku sampai membuat luka dihatinya. Aku sungguh menyesal.
"Maaf bu, Kasih janji tidak akan mengualanginya." Kata Kasih.
"Berjanjilah kepada dirimu dan pada Allah nak. Berjilbablah karena Allah, karena untuk menutup auratmu dan untuk menjalankan kewajibanmu. Jangan jadikan jilbab sebagai pakaian yang trendy untuk menyebar pesona. Dan janganlah kamu malu jika teman-teman mengejekmu Kasih. Malulah kepada Allah jika Allah yang mengejekmu. Sahabat yang baik adalah orang yang mau berteman dengan kita tanpa ada syarat yang harus kita penuhi. Semua akan indah pada waktunya Nak, kamu pasti bisa jauh lebih pintar dari Ola, asal kamu melebihkan sedikit usaha kamu.Manjadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dialah yang akan berhasil. Paham Nak?”
"Paham bu, tapi Ibu jangan menangis lagi. Kasih sayang ibu." Sambil memeluk Ibu.
"Iya Ibu ngga akan menangis lagi jika kamu mengenakan kembali kerudungmu." Jawab ibu.
Ternyata benar apa kata ibu, mereka sengaja melakukan itu agar aku dimarahi oleh ibu. Tapi aku tak bisa membalasnya, biarlah Allah saja yang membalas. Dan benar semua itu akan indah pada waktunya. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas Amerika Serikat. Aku sangat senang dan bersyukur. Akupun tidak menyangka bahwa Ola dan kedua temannya tidak lulus UN. Ya begitulah waktu terus berjalan menemukan keindahannya.
-THE END-
Karya : Widya Nursyah Fitri
Kali ini Aku mau menyelesaikan Tugas B.Indonesia dari Ustadz Edy yaitu re-write salah satu cerpen. Well, aku udah nemuin cerpennya dan inilaaahhh......
SELAMAT MEMBACA :))
Berhijab Kewajiban Bukan Hiasan Semata
Hari ini tak jauh beda dari hari-hari yang lalu. Aku hanya duduk sendiri di kursi taman sekolah, sesekali aku membersihkan kacamataku yang menjadi sahabatku untuk melihat dunia ini. Lagi asyik melamun, tiba-tiba Ola dan kedua temannya Lia dan Sarah menghampiriku.
"Ehh Cemara lo mau ngga ikut kita kerja kelompok jam 4 sore nanti ditempat Ola?" Kata Sarah
"Maaf nama saya Kasih bukan Cemara." Jawabku dengan sopan.
"Hahaha lo tuh pantes dipanggil Cemara dari pada Kasih. Cewek Mata Rabun." Kata Lia mengejek.
Aku berusaha tetap tenang mendengar ocehan mereka karena aku sendiri tidak tahu apa mau mereka. Mereka tetap terus tertawa.
"Sudahlahh jangan tertawa terus kalo gini gak bakalan selesai. Okey jadi maksudku adalah aku ingin kamu, Kasih, ikut kedalam group kita. Gue tunggu dirumah jam 4 sore okeey? Bye." Kata Ola sambil melangkah pergi bersama kedua temannya.
Senang rasanya diajak gabung bersama mereka. Kenapa harus menolak? Lagian Ola adalah cewek terpintar dan tercantik disekolah ini. Makannya jelas saja banyak yang ingin satu group dengannya. Beda denganku yang yang memiliki kepintaran rata-rata dan memiliki muka yang penuh dengan jerawat. Ini bisa menjadi kesempatan emas buatku untuk bertukar ilmu degannya, siapa tahu saja aku akan tertular kepintarannya.
Tepat jam 04.00 sore aku pergi ke rumah Ola memakai baju muslim yang dibelikan ibu dan jilbab kesukaanku. Ternyata mereka sudah menunggu, dari jauh mereka tertawa melihatku. Entah apa yang lucu dari diriku, tapi aku berusaha positive thinking agar tidak terpancing emosi.
"Naah karena sudah kumpul semua, kita shopping dulu baru belajar. Kamu ikut kan Kasih?" Tanya Ola.
"Aku ikut tapi tidak bisa sampai sore. Ibu menungguku." Jawab Kasih.
"Tenang aja itu beres. Ehh bentar kayanya penampilanmu haru diubah deh. Nanti orang kira kita lagi jalan sama Ustadzah"
Ternyata mereka menertawaiku karena aku berpenampilan seperti ustadzah. Kemudian mereka menyuruhku untuk melepaskan jilbab dan mengganti gaya pakaianku. Aku malu pada mereka tapi aku berhasil menutupi malu itu karena kurasa aku juga ingin bergabung bersama mereka daripada terus-terusan menjadi bahan ocehannya.
Kami berangkat ke mall setelah merubah penampilanku. Saat tengah asyik berbelanja tiba-tiba aku bertemu dengan ibuku. Ibuku terkejut karena aku tak mengenakan jilbabku.
“Kasih, apa yang kamu lakukan Nak? Ke mana jilbab kamu?” tanya ibu. Aku hanya diam membisu seperti patung.
“Kamu selesaikan urusan kamu dengan teman-teman kamu, Ibu tunggu kamu di rumah."
Rasanya bercampur aduk, menyesal, takut, sedih seperti nano-nano, bercampur menjadi satu. Akupun terpaksa pulang terlebih dahulu karena aku takut Ibu akan tambah marah kepadaku. Setibanya dirumah, Ibu sudah menungguku di ruang tamu. Akupun melangkah masuk.
“Kasih, kenapa kamu membuka jilbab kamu Nak? Dan apa alasan kamu melakukan itu? Coba kamu cerita sama Ibu?”
“Kasih malu sama teman-teman Bu, mereka mengejek Kasih terus. Makannya kasih buka jilbab. Lagi pula kalau Kasih mau gabung sama group mereka Kasih harus ubah gaya. Dan tujuan Kasih juga baik kok Bu, Kasih hanya mau pintar dan cantik seperti Ola agar banyak yang mau berteman dengan Kasih dan bisa buat Ibu bangga karena Kasih bisa pintar kayak Ola.” Kataku mencoba meyakinkan ibu. Tetapi Ibu malahan meneteskan air mata. Aku merasa bersalah karena telah membuatnya menangis.
"Ibu jangan menangis.." sambil ngusap air mata ibu.
“Nak, Ibu tidak bangga jika anak Ibu pintar tapi akhirnya dia tidak berakhlak yang baik, Ibu tidak bangga jika anak Ibu cantik tapi tidak menutup auratnya. Dengarkan Ibu Kasih, Ibu sudah bangga dengan kamu walau kamu selalu kalah dalam pertandingan, walaupun kamu tidak memiliki wajah yang cantik, karena apa? Karena kamu mau menutup aurat kamu Nak. Ibu merasa telah berhasil mendidik puteri Ibu menjadi anak yang salehah. Tapi, apa yang kamu lakukan ini nak? Ini membuat luka hati Ibu.” Aku tak mengetahui bahwa perbuatanku sampai membuat luka dihatinya. Aku sungguh menyesal.
"Maaf bu, Kasih janji tidak akan mengualanginya." Kata Kasih.
"Berjanjilah kepada dirimu dan pada Allah nak. Berjilbablah karena Allah, karena untuk menutup auratmu dan untuk menjalankan kewajibanmu. Jangan jadikan jilbab sebagai pakaian yang trendy untuk menyebar pesona. Dan janganlah kamu malu jika teman-teman mengejekmu Kasih. Malulah kepada Allah jika Allah yang mengejekmu. Sahabat yang baik adalah orang yang mau berteman dengan kita tanpa ada syarat yang harus kita penuhi. Semua akan indah pada waktunya Nak, kamu pasti bisa jauh lebih pintar dari Ola, asal kamu melebihkan sedikit usaha kamu.Manjadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dialah yang akan berhasil. Paham Nak?”
"Paham bu, tapi Ibu jangan menangis lagi. Kasih sayang ibu." Sambil memeluk Ibu.
"Iya Ibu ngga akan menangis lagi jika kamu mengenakan kembali kerudungmu." Jawab ibu.
Ternyata benar apa kata ibu, mereka sengaja melakukan itu agar aku dimarahi oleh ibu. Tapi aku tak bisa membalasnya, biarlah Allah saja yang membalas. Dan benar semua itu akan indah pada waktunya. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas Amerika Serikat. Aku sangat senang dan bersyukur. Akupun tidak menyangka bahwa Ola dan kedua temannya tidak lulus UN. Ya begitulah waktu terus berjalan menemukan keindahannya.
-THE END-
Karya : Widya Nursyah Fitri
Komentar
Posting Komentar